Nek, engkau sudah tua dan tinggal di rumah sendiri tanpa ada yang menemani dalam keseharianmu. Rumahmu yang terbuat dari bambu yang telah dianyam-anyam membuat sejuk ketika orang memandangnya. Namun kini rumahmu yang sangat engkau banggakan telah dimakan usia dan tak kuat lagi menahan terpaan angin. Sehingga kini membuat rumahmu condong ke arah rumah orang lain. Rumah tuamu yang sama tuanya dengan dirimu kini di topang dengan sebatang bambu yang sedikit membantu menegakkan rumahmu.meskipun demikian sampai kapan akan bertahan kekokohan rumah yang pernah engkau dirikan?
Nenek, aku tahu aku bukan cucu kandungmu. Aku bukan siapa-siapa denganmu, anak dari anakmu juga bukan. Namun aku kan selalu merindukan kenangan akan rumahmu mengingat aku pernah berkunjung ke rumah di sebelahmu dan mendengar cerita sedikit tentangmu. Hanya kado sebungkus roti yang masih bisa aku berikan kepadamu, itupun ketika aku tak menyadari kalau ternyata di sebelah rumah adikku yang sedang bekerja ada rumahmu. Rumah yang menjadi tempat berteduh dari panas dan hujan, dari dinginnya hawa malam.
Nenek, aku kini jauh dari kehidupanmu dan juga jauh dari harapanmu. Aku berdoa moga Tuhan selalu memberikan kemudahan padamu dan kelapangan riski yang ada. Aku masih ingat kepulan asap dari dapur rumahmu yang mengingatkan aku pada masa kecilku dulu. Nenek apa kabarmu? Salam “Assalamu’alaikum dari cucumu”.
Nenek aku di Kediri, sedang Engkau di Trenggalek di Karang Soko tepatnya berada di depan SDN I Karang Soko dekat balai desa, sebelah rumah tingkat 2 .
. Namun aku berharap bila ada waktu aku bisa berkunjung ke rumahmu yang sudah tua ini. Bisa menanjat buah mangga dan memetiknya untukmu.
Dari Cucumu di kediri
Abina Slamet
Tidak ada komentar:
Posting Komentar