PERKENALANKU
DENGAN GADIS CIPANAS
Aku tak menyangkan dan
mengira, ketika aku sedang pusing dilanda rasa cinta yang tak terbalas dan
penuh dengan pertanyaan-pertanyaan dalam benakku, ada apa dengan diriku ini
sehingga aku tak bisa mendapatkan wanita yang aku impikan disaat ini?. Aku
terus memutar otak dan berusaha mengungkapkan segala isi hatiku kepada
wanita-wanita yang aku kenal supaya aku bisa tahu apakah diantara mereka ada
yang mau menerimaku apa adanya. Ternyata dari semua yang aku kenal masih memberikan
jawaban yang tidak menyenangkan yaitu mereka menolakku dengan kata lain karena
mereka sudah terikat dengan laki-laki lain dan ada yang belum terikat tapi
tidak mau terikat denganku karena
menganggapku hanya sebatas kakak. Akupun tak mampu memungkiri dan tak
mau ambil pusing, biarlah mereka menikmati masa yang mereka senangi,kalau aku
memaksa untuk mencintaiku aku rasa itu adalah pembunuhan baginya terhadap
kreasi, kebebasan dan hak-hak asasinya. Aku tak mau membuat mereka menyukaiku
karena terpaksa. Maka dengan meminta ijin sang kuasa aku melepaskannya dan
menganggap mereka sebagai saudara dan adik.
Aku tak luputnya
memohon pertolongan kepada sang pencipta alam jagad raya ini. Memohon welas dan
asihnya agar menurunkan sesosok wanita
shalehah yang mau menerimaku apa adanya dan mendukung cita-citaku. Waktu adzan
duhur berkumandang dan aku menghentikan langkah aktifitasku dengan kesibukan
duniawi. Aku berjalan menuju ke masjid untuk bermujahadah mendekati sang Kholik
dan menjalankan apa yang diperintahkannya kepadaku sebagai hamba untuk
menjalankan shalat lima waktu. Akupun segera mengambil air wudhu disebuah kran
di tempat wudhu, dimana disitu berjajar-jajar kran. Kran aku buka dan airpun
mengalir dengan derasnya seperti hendak menampakkan keseriusannya untuk
mendekatkan diri pada sang pencipta. Aku menjinjing jelanaku dan aku basuh muka
dan seluruh anggota tubuh yang menjadi syarat syahnya wudhu, aku basuh hingga
telapak kakiku yang mungil dan penuh dengan bulu-bulu rambut. Selesai sudah aku
mengambil air wudhu, aku hadapkan wajahku ke arah kiblat, aku angkat tanganku
keduanya dan seraya berdoa memohon ampunan, memohon dibersihkan dari noda-noda
yang ada agar supaya aku bisa khusyu’ dalam melaksanakan shalat. Setelah aku
selesai berdoa aku langkahkan kakiku dengan penuh harapan kepada Allah menuju
ke masjid. Aku bergabung dengan teman-teman ataupun jamaah yang lain yang sudah
menunggu sejak awal. Aku tidak langsung duduk begitu saja diatas sajadah
panjang warna biru muda dan bergambarkan sebuah masjid yang berjajar rapi
disepanjang ruang utama shalat.
Aku ingat akan perintah
guru-guruku kalau sebelum melaksanakan shalat wajib atau duduk di masjid, maka
laksanakanlah terlebih dahulu shalat sunah tahiyat masjid. Maka aku laksanakan
amanat guruku itu untuk melaskanakan shalat tahiyat masjid. Usai shalat tahiyat
masjid aku lanjutkan shalat sunah kobla duhur 2 rakaat dan kemudian menunggu
waktu iqomah, baru setelah itu melaksanakan shalat duhur berjamaah yang
dipimpin oleh kiai H. Imron Rosyadi selaku pengurus ta’mir masjid Thoriqotul
Jannah. Shalat duhur diikuti oleh
beberapa masyarakat dan siswa madrasah al fajar. Sehabis shalat 4 rakaat
tersebut dilanjutkan dengan pembacaan tahlil dan doa bersama serta dengan
diakhiri membaca shalawat atas Nabi SAW. Karena aku merasa sangat kantuk sekali
maka aku putuskan untuk merebahkan diri seusai shalat sunah ba’diyatal duhri.
Aku mencoba memejamkan mata dibawah lampu panjang 40 watt yang berada tepat di
depan tempat imam yang menurut cerita sangat dianggap berbahaya karena khawatir
jin yang berada di masjid akan memindahkan siapa yang melakukan itu ke tempat
yang hina yaitu di kamar mandi ataupun toilet. Aku tak menghiraukan hal itu,
aku capek dan mataku butuh istirahat. Aku hanya memohon pada-Nya petunjuk atas
segala apa yang menimpaku. Maka saat itu selain aku mendapat pesan dari Jovita
via sms yang mengharapkan aku memboncengnya ke kampus karena ia merasa capek,
aku juga mendapat telpon dari seseorang yang tidak aku kenal nomernya. Karena
handphoneku tak dapat menerima dengan baik dan dari pada mereka membuang
sia-sia pulsa. Maka aku matikan panggilannya dan mengiriminya sms agar
dilakukan dengan sms.
Tidak lama kemudian
waktu berselang sejak aku mengirim pesan dengan handphone ku yang sederhana
yaitu Vitell, aku mendapat balasan kalau ia bernama Yuli dari Cipanas. Akupun
heran dan aku mengajaknya kenalan dan menjadikannya sebagai teman karena sesame
muslim adalah saudara. Dari pesan yang saling kami kirim, aku mendapati
pesannya yang sudah bosan dengan hidup menyendiri meskipun usianya masih ABG
yaitu umurnya yang masih 17 tahun. Ia ingin menikah dengan siapa yang bisa
mencintainya. Akupun heran karena ia ingin serius dan akupun sedang mencari
calon pendamping yang mau serius pula padaku. Aku menyamakan persepsi dengannya
dan berusaha memahami serta menggali segala informasi yang aku perlukan
darinya. Disisi lain meskipun aku pengen ia bisa mendampingiku mungkin kelak
suatu hari, namun aku memberikan arahan padanya kalau menikah muda itu tidak
gampang, apakah sudah dipikir masak-masak mengenai kesiapan fisik dan mental
serta menikah bukan barang mainan. Iapun akhirnya memikirkan dan menyadari
kalau ternyata apa yang dilakukannya adalah tindakan yang diluar kontrolnya
yang dibawa oleh hawa nafsu. Dan ia sadar serta ingin memuaskan masa remajanya.
Akupun mempersilahkannya dan aku memintanya agar digunakan pada kegiatan yang
positif serta memberikan manfaat untuk diri sendiri dan orang lain.
Dari apa yang aku
katakan padanya akhirnya ia menurut dengan perkataanku dan hari esoknya ia
meminta aku menolongnya untuk membelikan pulsa telpon Rp.5000 karena sudah lama
tidak berkomunikasi dengan keluarganya. Maka akupun saat itu saat sedang
menulis dengan laptopku dengan keadaan yang mendung diluar diiringi hujan angin
yang cukup lebat aku belum berjanji akan membelikannya. Namun seusai shalat
ashar baru aku belikan karena aku berharap apa yang dilakukannya benar-benar
untuk keluarga. Akupun usai shalat ashar segera menuju ke konter untuk membeli pulsa sebesar Rp.10.500,- untuk
nominal 10.000. (sepuluh ribu). Usai itu akupun dengan berjalan kaki dengan
hawa yang masih dingin segera pulang dan membersihkan halaman yang kotor karena
berserakan daun yang banyak sekali. Aku lakukan pekerjaan ku dengan penuh rasa
semangat dan syukur. Karena dengan pekerjaan itu aku bisa hidup dan menghidupi
keluargaku meskipun hanya sebagian kecil dari riski yang dapat aku berikan.
Satu petak demi satu petak aku membersihkan dan akhirnya selesai sudah
pukul 16.00 WIB dan aku kemudian
melanjutkan menulis lagi tugasku untuk persiapan skripsi hingga menjelang
magrib. Akupun usai menghentikan menulis langsung memasak mie goreng merek
“Sedap” sebanyak 2 bungkus dan ditambah biji mlinjo yang aku godok tersendiri.
Kemudian aku membaca buku “Bumi Cinta” karya Habiburrahman yang menceritakan
perjuangan anak Indonesia yang berada di Moskow yang harus mempertahankan
keimanannya dari godaan wanita.
Bunyi beduq pertanda
magrib telah tiba sudah dipukul, akupun segera mengambil air minum yang telah
aku siapkan sebelumnya dan membaca doa berbuka puasa. Usai itu aku berbuka dan
dilanjutkan dengan makan sekalian. Sebelum makanan sempat aku habiskan aku
menuju ke masjid untuk melaksanakan shalat terlebih dahulu, baru dilanjutkan
makan setelah itu kewajiban selesai. Usai shalat magrib akupun pulang dan
kemudian melanjutkan makan mie dengan lahapnya dan kemudian makan mlinjonya
beberapa biji. Karena aku ingat kalau aku janji pada temanku untuk datang ke
rumahnya pada natal kali ini, maka aku segera berganti pakaian dengan jaket dan
kemudian berangkat menuju ke rumahnya yang berada di desa Kaliombo kota Kediri.
Aku kendarai sepeda motorku dengan santainya, namun ketika ada beberapa brandal
kecil mengendarai sepeda motor grand dan lainnya melaju menyalipku dengan suara
motornya yang sudah tidak karuan, akupun dengan sedikit kesal, melaju mencoba
menyalip mereka dan berhasil aku lakukan meskipun dada sempat terasa sesak oleh
kecepatan yang aku lakukan dan dinginnya hawa malam itu.
Tidak berapa lama
kemudian aku sampailah di rumah temanku, Elly namanya. Aku bertemu bapaknya
yang sedang duduk di teras bersama seorang laki-laki yang tidak aku kenal. Aku
buka helmku dan kemudian turun dari motor serta langsung menemui bapak
tersebut, serta menanyakan “apakah Elly ada?” . bapak Elly tersebut menjawab
kalau Elly masih keluar dengan Habibi dan sebentar lagi juga pulang. Akupun
masuk rumah dan melepas jaket yang aku kenakan tadi. Namun saat aku lepas
ternyata pergelangan tanganku yang terluka akibat cakuran saat aku bermain
dengan adik aliyah beberapa hari yang lalu ternyata mengeluarkan darah dan
akupun segera keluar dan mencoba membersihkannya. Aku melihat ada sak semen di
teras rumah tersebut, akupun mendekatinya dan menobek sedikit terus aku gunakan
untuk membersihkan lukaku. Namun ternyata tidak berhasil hal tersebut aku
lakukan dan akhirnya aku menemukan kertas yang berada di lantai dekat sepeda
motorku. Aku ambil kertas itu dan menggunakannya untuk membersihkan tanganku
yang penuh darah. Hal tersebut tidak berhasil namun sudah meredakan sedikit
aliran darahku yang keluar. Akupun kembali ke rumah dan mencoba berkomunikasi dengan ayah Elly serta beberapa kali SMS
dengan Wiji, maria, dan Ida mengenai hal-hal yang penting. Adzan isya’ dikumandangkan dan aku pergi dari
rumah Elly untuk menuju ke mushalla yang
berada di depan kantor Desa Kaliombo. Aku mengambil air wudhu dan shalat sunah
serta kemudian isya’an berjamaah. Usai shalat isya’ aku kembali ke rumah Elly.
Aku tunggu Elly did eras rumahnya dengan aku duduk di kursi yang terbuat dari
karet ban mobil yang cukup unik dan enak diduduki. Dan tidak lama kemudian Elly
dengan Habibi datang dan kami masuk rumah. Oh ya rumah Elly di saat itu
tepatnya di sampingku duduk ada sebuah pohon natal kecil yang dihiasi dengan
pernak pernik dan juga tulisan marry crismas di atasnya serta ada pula
kado-kado yang berada di bawah pohon.
Kami ngobrol sambil aku makan emping mlinjo dan minum air mineral aqua
serta makan stick balado. Acara diakhiri dengan makan malam dan pukul 20.45 WIB
aku pulang dengan rasa bersyukur karena aku bisa bersilaturrahmi ke rumah
sesame manusia. Aku menghargai permintaan temanku bukan berarti aku
menggadaikan imanku. Karena aku tahu kalau bapak Elly juga islam yang taat
menjalankan ibadah. Sesampainya di rumah aku melanjutkan makan mlinjo mudaku
sambil nonton TV dengan Sunar hingga pukul 22.30 WIB dan kemudian tidur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar