Entri Populer

bahasaku bahasa .........

Bahasaku adalah bahasa yang aku mengerti dan aku berharap orang lainpun mengerti. susah memang memahami bahasa bila kita tidak mengenalnya. amati kehidupan, maka kamu akan menemukan bahasa sejati. bahasa sanubari dan ekspresi


Januari 03, 2012

Gadis Cipanas Coy


PERKENALANKU DENGAN GADIS CIPANAS

Aku tak menyangkan dan mengira, ketika aku sedang pusing dilanda rasa cinta yang tak terbalas dan penuh dengan pertanyaan-pertanyaan dalam benakku, ada apa dengan diriku ini sehingga aku tak bisa mendapatkan wanita yang aku impikan disaat ini?. Aku terus memutar otak dan berusaha mengungkapkan segala isi hatiku kepada wanita-wanita yang aku kenal supaya aku bisa tahu apakah diantara mereka ada yang mau menerimaku apa adanya. Ternyata dari semua yang aku kenal masih memberikan jawaban yang tidak menyenangkan yaitu mereka menolakku dengan kata lain karena mereka sudah terikat dengan laki-laki lain dan ada yang belum terikat tapi tidak mau terikat denganku karena  menganggapku hanya sebatas kakak. Akupun tak mampu memungkiri dan tak mau ambil pusing, biarlah mereka menikmati masa yang mereka senangi,kalau aku memaksa untuk mencintaiku aku rasa itu adalah pembunuhan baginya terhadap kreasi, kebebasan dan hak-hak asasinya. Aku tak mau membuat mereka menyukaiku karena terpaksa. Maka dengan meminta ijin sang kuasa aku melepaskannya dan menganggap mereka sebagai saudara dan adik.
Aku tak luputnya memohon pertolongan kepada sang pencipta alam jagad raya ini. Memohon welas dan asihnya  agar menurunkan sesosok wanita shalehah yang mau menerimaku apa adanya dan mendukung cita-citaku. Waktu adzan duhur berkumandang dan aku menghentikan langkah aktifitasku dengan kesibukan duniawi. Aku berjalan menuju ke masjid untuk bermujahadah mendekati sang Kholik dan menjalankan apa yang diperintahkannya kepadaku sebagai hamba untuk menjalankan shalat lima waktu. Akupun segera mengambil air wudhu disebuah kran di tempat wudhu, dimana disitu berjajar-jajar kran. Kran aku buka dan airpun mengalir dengan derasnya seperti hendak menampakkan keseriusannya untuk mendekatkan diri pada sang pencipta. Aku menjinjing jelanaku dan aku basuh muka dan seluruh anggota tubuh yang menjadi syarat syahnya wudhu, aku basuh hingga telapak kakiku yang mungil dan penuh dengan bulu-bulu rambut. Selesai sudah aku mengambil air wudhu, aku hadapkan wajahku ke arah kiblat, aku angkat tanganku keduanya dan seraya berdoa memohon ampunan, memohon dibersihkan dari noda-noda yang ada agar supaya aku bisa khusyu’ dalam melaksanakan shalat. Setelah aku selesai berdoa aku langkahkan kakiku dengan penuh harapan kepada Allah menuju ke masjid. Aku bergabung dengan teman-teman ataupun jamaah yang lain yang sudah menunggu sejak awal. Aku tidak langsung duduk begitu saja diatas sajadah panjang warna biru muda dan bergambarkan sebuah masjid yang berjajar rapi disepanjang ruang utama shalat.
Aku ingat akan perintah guru-guruku kalau sebelum melaksanakan shalat wajib atau duduk di masjid, maka laksanakanlah terlebih dahulu shalat sunah tahiyat masjid. Maka aku laksanakan amanat guruku itu untuk melaskanakan shalat tahiyat masjid. Usai shalat tahiyat masjid aku lanjutkan shalat sunah kobla duhur 2 rakaat dan kemudian menunggu waktu iqomah, baru setelah itu melaksanakan shalat duhur berjamaah yang dipimpin oleh kiai H. Imron Rosyadi selaku pengurus ta’mir masjid Thoriqotul Jannah.  Shalat duhur diikuti oleh beberapa masyarakat dan siswa madrasah al fajar. Sehabis shalat 4 rakaat tersebut dilanjutkan dengan pembacaan tahlil dan doa bersama serta dengan diakhiri membaca shalawat atas Nabi SAW. Karena aku merasa sangat kantuk sekali maka aku putuskan untuk merebahkan diri seusai shalat sunah ba’diyatal duhri. Aku mencoba memejamkan mata dibawah lampu panjang 40 watt yang berada tepat di depan tempat imam yang menurut cerita sangat dianggap berbahaya karena khawatir jin yang berada di masjid akan memindahkan siapa yang melakukan itu ke tempat yang hina yaitu di kamar mandi ataupun toilet. Aku tak menghiraukan hal itu, aku capek dan mataku butuh istirahat. Aku hanya memohon pada-Nya petunjuk atas segala apa yang menimpaku. Maka saat itu selain aku mendapat pesan dari Jovita via sms yang mengharapkan aku memboncengnya ke kampus karena ia merasa capek, aku juga mendapat telpon dari seseorang yang tidak aku kenal nomernya. Karena handphoneku tak dapat menerima dengan baik dan dari pada mereka membuang sia-sia pulsa. Maka aku matikan panggilannya dan mengiriminya sms agar dilakukan dengan sms.
Tidak lama kemudian waktu berselang sejak aku mengirim pesan dengan handphone ku yang sederhana yaitu Vitell, aku mendapat balasan kalau ia bernama Yuli dari Cipanas. Akupun heran dan aku mengajaknya kenalan dan menjadikannya sebagai teman karena sesame muslim adalah saudara. Dari pesan yang saling kami kirim, aku mendapati pesannya yang sudah bosan dengan hidup menyendiri meskipun usianya masih ABG yaitu umurnya yang masih 17 tahun. Ia ingin menikah dengan siapa yang bisa mencintainya. Akupun heran karena ia ingin serius dan akupun sedang mencari calon pendamping yang mau serius pula padaku. Aku menyamakan persepsi dengannya dan berusaha memahami serta menggali segala informasi yang aku perlukan darinya. Disisi lain meskipun aku pengen ia bisa mendampingiku mungkin kelak suatu hari, namun aku memberikan arahan padanya kalau menikah muda itu tidak gampang, apakah sudah dipikir masak-masak mengenai kesiapan fisik dan mental serta menikah bukan barang mainan. Iapun akhirnya memikirkan dan menyadari kalau ternyata apa yang dilakukannya adalah tindakan yang diluar kontrolnya yang dibawa oleh hawa nafsu. Dan ia sadar serta ingin memuaskan masa remajanya. Akupun mempersilahkannya dan aku memintanya agar digunakan pada kegiatan yang positif serta memberikan manfaat untuk diri sendiri dan orang lain.
Dari apa yang aku katakan padanya akhirnya ia menurut dengan perkataanku dan hari esoknya ia meminta aku menolongnya untuk membelikan pulsa telpon Rp.5000 karena sudah lama tidak berkomunikasi dengan keluarganya. Maka akupun saat itu saat sedang menulis dengan laptopku dengan keadaan yang mendung diluar diiringi hujan angin yang cukup lebat aku belum berjanji akan membelikannya. Namun seusai shalat ashar baru aku belikan karena aku berharap apa yang dilakukannya benar-benar untuk keluarga. Akupun usai shalat ashar segera menuju ke konter  untuk membeli pulsa sebesar Rp.10.500,- untuk nominal 10.000. (sepuluh ribu). Usai itu akupun dengan berjalan kaki dengan hawa yang masih dingin segera pulang dan membersihkan halaman yang kotor karena berserakan daun yang banyak sekali. Aku lakukan pekerjaan ku dengan penuh rasa semangat dan syukur. Karena dengan pekerjaan itu aku bisa hidup dan menghidupi keluargaku meskipun hanya sebagian kecil dari riski yang dapat aku berikan. Satu petak demi satu petak aku membersihkan dan akhirnya selesai sudah pukul  16.00 WIB dan aku kemudian melanjutkan menulis lagi tugasku untuk persiapan skripsi hingga menjelang magrib. Akupun usai menghentikan menulis langsung memasak mie goreng merek “Sedap” sebanyak 2 bungkus dan ditambah biji mlinjo yang aku godok tersendiri. Kemudian aku membaca buku “Bumi Cinta” karya Habiburrahman yang menceritakan perjuangan anak Indonesia yang berada di Moskow yang harus mempertahankan keimanannya dari godaan wanita.
Bunyi beduq pertanda magrib telah tiba sudah dipukul, akupun segera mengambil air minum yang telah aku siapkan sebelumnya dan membaca doa berbuka puasa. Usai itu aku berbuka dan dilanjutkan dengan makan sekalian. Sebelum makanan sempat aku habiskan aku menuju ke masjid untuk melaksanakan shalat terlebih dahulu, baru dilanjutkan makan setelah itu kewajiban selesai. Usai shalat magrib akupun pulang dan kemudian melanjutkan makan mie dengan lahapnya dan kemudian makan mlinjonya beberapa biji. Karena aku ingat kalau aku janji pada temanku untuk datang ke rumahnya pada natal kali ini, maka aku segera berganti pakaian dengan jaket dan kemudian berangkat menuju ke rumahnya yang berada di desa Kaliombo kota Kediri. Aku kendarai sepeda motorku dengan santainya, namun ketika ada beberapa brandal kecil mengendarai sepeda motor grand dan lainnya melaju menyalipku dengan suara motornya yang sudah tidak karuan, akupun dengan sedikit kesal, melaju mencoba menyalip mereka dan berhasil aku lakukan meskipun dada sempat terasa sesak oleh kecepatan yang aku lakukan dan dinginnya hawa malam itu.
Tidak berapa lama kemudian aku sampailah di rumah temanku, Elly namanya. Aku bertemu bapaknya yang sedang duduk di teras bersama seorang laki-laki yang tidak aku kenal. Aku buka helmku dan kemudian turun dari motor serta langsung menemui bapak tersebut, serta menanyakan “apakah Elly ada?” . bapak Elly tersebut menjawab kalau Elly masih keluar dengan Habibi dan sebentar lagi juga pulang. Akupun masuk rumah dan melepas jaket yang aku kenakan tadi. Namun saat aku lepas ternyata pergelangan tanganku yang terluka akibat cakuran saat aku bermain dengan adik aliyah beberapa hari yang lalu ternyata mengeluarkan darah dan akupun segera keluar dan mencoba membersihkannya. Aku melihat ada sak semen di teras rumah tersebut, akupun mendekatinya dan menobek sedikit terus aku gunakan untuk membersihkan lukaku. Namun ternyata tidak berhasil hal tersebut aku lakukan dan akhirnya aku menemukan kertas yang berada di lantai dekat sepeda motorku. Aku ambil kertas itu dan menggunakannya untuk membersihkan tanganku yang penuh darah. Hal tersebut tidak berhasil namun sudah meredakan sedikit aliran darahku yang keluar. Akupun kembali ke rumah dan mencoba berkomunikasi  dengan ayah Elly serta beberapa kali SMS dengan Wiji, maria, dan Ida mengenai hal-hal yang penting.  Adzan isya’ dikumandangkan dan aku pergi dari rumah Elly untuk menuju ke  mushalla yang berada di depan kantor Desa Kaliombo. Aku mengambil air wudhu dan shalat sunah serta kemudian isya’an berjamaah. Usai shalat isya’ aku kembali ke rumah Elly. Aku tunggu Elly did eras rumahnya dengan aku duduk di kursi yang terbuat dari karet ban mobil yang cukup unik dan enak diduduki. Dan tidak lama kemudian Elly dengan Habibi datang dan kami masuk rumah. Oh ya rumah Elly di saat itu tepatnya di sampingku duduk ada sebuah pohon natal kecil yang dihiasi dengan pernak pernik dan juga tulisan marry crismas di atasnya serta ada pula kado-kado yang berada di bawah pohon.  Kami ngobrol sambil aku makan emping mlinjo dan minum air mineral aqua serta makan stick balado. Acara diakhiri dengan makan malam dan pukul 20.45 WIB aku pulang dengan rasa bersyukur karena aku bisa bersilaturrahmi ke rumah sesame manusia. Aku menghargai permintaan temanku bukan berarti aku menggadaikan imanku. Karena aku tahu kalau bapak Elly juga islam yang taat menjalankan ibadah. Sesampainya di rumah aku melanjutkan makan mlinjo mudaku sambil nonton TV dengan Sunar hingga pukul 22.30 WIB dan kemudian tidur.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar